Selasa, 07 Mei 2019

Dialog

bunga matahari meliuk ke arah barat
warna sore semakin pekat
kita berdua tidak berhenti berdialog
percayalah, aku juga tak pernah ingin berhenti

nanti malam bunga matahari merunduk
daun-daunnya seperti tanganmu
di arahkannya menghadap langit
doamu begitu sederhana

esok pagi bunga itu mengejar matahari
embun segar menetesi ujung jemariku
kita menyambung lagi dialog itu
seraya meminjam kemilau matahari


Bogor, Maret 2019
Share:

Senin, 06 Mei 2019

Bertamu Lewat Jendela

sejak kemarin
jendela rumahku memprotes minta dibukakan
supaya angin yang datang jauh-jauh
dari negeri selatan bisa masuk bertamu

kubukalah jendela yang merengek itu
angin sejuk langsung masuk bertamu
kutawari minum teh dan kopi
kutawari makan kue dan roti

apa angin ini tersesat dan salah arah
jelas-jelas rumahku menghadap ke timur
dia sudah pasti berbelok
jendelaku juga ia ketok

ternyata di luaran ada banyak orang pemarah
sedang asyik saling mengumpat
saling menghujat
Sang Angin yang sejuk memberitahuku
bahwa ia tak sudi membelai para pemarah

oh, pantas saja
orang pemarah tak ada sejuk-sejuknya
wajahnya selalu merah
hatinya selalu gerah


Terry Laksana
25 Maret 2019
Share:

Minggu, 05 Mei 2019

Sepasang Mata

Seorang lelaki mempunyai kekasih yang buta
Kekasihnya kerap mengeluh di pundaknya

“Mungkin kau akan meninggalkanku
 Aku ini buta, melihat senyummu saja tak bisa
Padahal engkau selalu tersenyum setiap hari”

“Mana mungkin aku meninggalkanmu
Kalau perlu akan kubagi penglihatanku untukmu”

Lelaki itu mengepakkan sayapnya
Membawa kekasih pada bau ruangan yang asing
“Malam ini, kasihku, kau tidur di sini.
Besok akan kubawakan senyuman yang bisa kaulihat”

Sang Pagi mengetuk kening kekasih
Membuatnya terbangun dan menyadari bahwa mata kirinya hidup dan bergerak
Ditangkapnya mata kanan lelaki yang sedang tersenyum

“Kau memberiku mata?”

 “Aku mata kanan, kau mata kiri.
Kita sepasang mata yang saling menghidupi” 
Sekarang mereka sama-sama mengepakkan sayapnya.

Terry Laksana
Maret 2019
Share:

Sabtu, 04 Mei 2019

Rintihan

Pada sebentang langit kosong, kauceritakan tentang nasib yang membuat kepalan tanganmu hancur dengan darah yang jatuh terkubur

Pada berpasang-pasang mata berhati kosong, kau memelas meminta jatah lima ratus rupiah

Pada botol-botol air kosong, kaupukul, kautendang, kaubuang, sebagaimana jalanan jakarta memperlakukanmu

Pada tempat ibadah kosong, kau mengumpat kunci-kunci pagar yang tak mengijinkanmu membaringkan tubuh barang sebentar

Pada kaleng lem kosong, kausesali aroma tajam yang lekas tenggelam dalam hiruk pikuk udara jakarta yang mabuk

Pada perutmu yang selalu kosong, kausuruh diam, kautinju supaya diam, kau menangis, kau jatuh, kau terpuruk, kau terpinggir, kau tersingkir, kau hilang dari pandangan, kau tak terlihat oleh manusia-manusia yang lewat, kau tersiram debu, kau tak dapat mengadu, kau menyesal, kau terpental, kau kosong, kaulihat semua kosong.


Terry Laksana
2 April 2019
Share:

Akut

Memang benar, kau tidak berniat berbohong
Kau itu bingung sendiri, sebenarnya kebohongan dan kejujuran itu bedanya apa
Akhirnya kau mengerti, kau sudah terlalu sering menipu diri


Mei 2019
Share: